Bulan yang penuh berkah dan maghfirah sudah diambang pintu. Berbagai macam ragam perasaan kaum muslimin yang menyambut kedatangannya. Sebagian menyambutnya dengan rasa senang dan gembira. Alasannya, mungkin mereka dapat berjumpa lagi dengan penghulu dari sekalian bulan yang mempunyai kelebihan dan keitimewaan yang tidak ada bandingnya yang beribadah di dalamnya mendapatkan ganjaran berlipat ganda. Agaknya, mereka inilah manusia yang disebut Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183 dengan seruan “amanu” atau orang-orang yang selalu siap untuk menerima dan menjalankan perintah Allah, bahkan mereka merasakan bahwa perintah tersebut sebagai sebuah kebutuhan mereka dalam kehidupan, sehingga kerinduan yang menggebu-gebu terhadap Ramadhan menjadi motivasi yang kuat supaya kedatangannya secepat mungkin.
Dan mereka ini pula orang yang dimaksud dalam hadis Rasul “Barangsiapa yang yang hatinya gembira dengan datangnya bulan Ramadhan maka Allah mengharamkan tubuhnya atas api neraka”(al-hadis), yang merupakan sebuah apresiasi yang cukup tinggi dari Allah kepada mereka yang gembira dengan datangnya Ramadhan. Sedangkan bagi sebagian yang lain merasakan kegelisahan dan kegundahan dengan kedatangan Ramadhan. Banyak pertimbangan dalam pikiran mereka setelah mendengar Ramadhan akan tiba beberapa hari lagi. Tipologi manusia seperti ini adalah mereka yang memperturutkan keinginan hawa nafsunya. Kekhawatiran dan keengganan datangnya Ramadhan, mungkin karena pada siangnya tidak lagi boleh makan dan minum, merokok, melakukan hubungan suami isteri, mencela orang lain, dan sebagainya yang terkait dengan membatalkan puasa atau pahalanya. Padahal, sejatinya sebagai seorang muslim yang mengakui kewajiban puasa tentunya harus bersikap mengagungkan dan memeriahkan datangnya bulan suci tersebut. Kegembiraaan itu tidak hanya dengan pernyataan belaka, tetapi yang paling penting menerjemahkannya dalam bentuk sikap dan amal perbuatan.
Salah satu anjuran untuk memasuki bulan suci Ramadhan adalah program pensucian diri baik itu yang bersifat vertikal berkenaan dengan dosa-dosa kepada Allah maupun yang bersifat horizontal yang terkait dengan manusia.
Semua itu dilakukan dengan tujuan agar kiranya kita memasuki Ramadhan itu dengan kesucian, ketulusan, keikhlasan dan ketenangan. Logikanya, puasa adalah bulan yang suci maka seharusnya orang yang menyambutnya suci pula sehingga akan terbentuk suatu suasana dan kondisi di tengah masyarakat yang melambangkan kesucian. Bahkan al-Qur’an sendiri menganjurkan agar umat ini agar bersegera untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah dengan segala perbuatan dosa yang telah dilakukan. Hal ini tercermin dalam surat al-Imran ayat 133, yang artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepoada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.
Ayat di atas sangat jelas memberikan anjuran Allah kepada manusia supaya bersegera untuk datang dan merasa rendah dan hina di hadapan Allah dengan mengharapkan ampunan-Nya. Dengan demikian, akan terlihat kesungguhan dan keseriusan untuk mensucikan dirinya tanpa ada rekayasa dan sandiwara. Padahal, bertaubatnya manusia kepada Allah tidak sulit jika dibandingkan dengan taubat yang terkait dengan manusia. Jika kepada Allah kita cukup memohon ampun dan istiqamah tidak akan mengulangi perbuatan dosa lagi. Namun, terhadap manusia tidak hanya cukup dengan itu harus ditambah dengan persyaratan yang lain seperti meminta maaf kepada yang bersangkutan, mengembalikan barang yang pernah diambil misalnya, setelah itu baru memohon ampun kepada Allah. Dalam kaitan dengan Ramadhan sudah seyogianya kita menyambutnya pun dengan melakukan pensucian diri pula. Oleh sebab itu, tidak ada lagi waktu bagi kita untuk melambat-lambatkan untuk mendapatkan ampunan dari Allah agar kiranya Ramadhan yang akan kita jalani dapat menjadi berkah dan punya nilai yang baik di sisi Allah daripada pelaksanaan Ramadhan pada tahun yang telah lalu.
Hubungan dengan saudara, jiran tetangga, teman dan lain sebagainya, sejatinya kita harus saling melakukan bermaaf-maafan antara satu dengan yang lainnya supaya hati bersih dan tentram dalam menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sangat tepat kiranya untuk terus dapat mengembangkan sekaligus mempertahankan tradisi “punggahan” atau “memegang” pada sebahagian masyarakat di tanah air, khususnya di Sumatera Utara dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Yang mana kegiatan ini bentuknya adalah dengan cara saling memberi makanan berupa daging hewan yang halal antara saudara, tetangga, teman, dan lainnya sekaligus mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan saling maaf-memaafkan. Sehingga dengan demikian akan terlihat rasa kebersamaan dan kegembiraan sesama umat Islam dalam menyambut datangnya bulan penuh berkah. Hal itu tentunya akan dapat membawa kepada semangat yang tinggi untuk beribadah dan menghidupkan malam-malam pada Ramadhan.
Jadi, merupakan suatu hal yang keliru apabila kita hanya melihat bahwa yang perlu bermaaf-maafan pada saat hari raya idul fitri saja. Padahal sejatinya waktu yang paling tepat untuk saling memaafkan ketika memasuki Ramadhan. Harapan kita tidak lain supaya ibadah yang dilakukan pada Ramadhan benar-benar tulus dan ikhlas kita melaksanakannya. Sebab tidak sedikit ada orang yang melakukan ibadah puasa namun hubungannya dengan jiran tetangganya ternyata tidak baik. Begitu juga dengan teman-teman satu kerjaan, sekolah, kuliah dan sebagainya. Yang tentunya ini akan memberikan dampak yang tidak baik kepada pelaksanaan ibadah kita pada hari-hari Ramadhan.
Adalah suatu kemestian bagi kita untuk melakukan pennyucian diri dari segala sifat-sifat dan perbuatan yang tercela. Karena semua itu akan merugian kepada diri kita sendiri dan juga kepada orang lain. Terlebih lagi dalam rangka menyambut Ramadhan tentunya penyucian diri menjadi sangat begitu penting supaya ibadah yang kita lakukan benar-benar diterima Allah. Baik itu penyucian diri yang sifatnya berhubugan dengan Allah maupun dengan manusia. Tentunya itu semua dilakukan satu bentuk tanda kebahagian menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Berbahagialah sekalian manusia, karena di bulan Ramadhan semua do’a diijabah dan segala dosa diampuni.
Rasulullah SAW. Bersabda,“Adakah hamba-Ku yang meminta, niscaya Aku memberinya , adakah hamba-Ku memohon ampunan niscaya Aku mengampuninya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Ramadhan merupakan bulan yang dinanti oleh setiap umat muslim di dunia, karena bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dan di dalamnya terdapat berbagai peristiwa luar biasa yang terjadi di dalamnya, seperti perang uhud yang merupakan salah satu perang terbesar dalam sejarah Islam, peristiwa kemerdekaan republik Indonesia, Bulan diturunkannya Al-Qur’an, dan di dalamnya pula terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu malam Lailatul Qadr.
Bulan Ramadhan memiliki beberapa nama yaitu :
· Bulan Al-Qur’an
yaitu pada bulan ramadhan diturunkan Al-Qur’an yang disebut peristiwa nuzulul qur’an.
· Bulan Maghfirah
yaitu pada bulan ramadhan Allah memberikan ampunan kepada setiap hambanya yang memohon ampun kepad-Nya, dan selain itu pula 10 hari pertengahan merupakan hari-hari yang isinya dihiasi dengan maghfirah.
Di dalam bulan ramadhan terdapat satu ibadah yang diwajibkan atas seluruh umat muslim di mana pun, apakah ia? Ya dialah puasa ramadhan yang diwajibkan kepada setiap kaum muslim. Hal ini senada dengan firman Allah pada suroh Al-Baqarah ayat 183 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa.” Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa outputan kita setelah melalui gerbang puasa ramadhan adalah menjadi orang-orang yang bertaqwa, tidak hanya di bulan ramadhan saja, namun setelah ramadhan juga diharapkan mampu untuk tetap menjadi orang yang taqwa.
Selama bulan ramadhan ini Allah membukakan pintu-pintu kebaikan selebar-lebarnya kepada seluruh umat, dan menutup pintu-pintu kebatilan serapat-rapatnya, namun walaupun demikian tetap saja masih ada orang yang melakukan maksiat. Kenapa hal ini terjadi, bukankan pada bulan ramadhan, setan-setan dibelenggu? Ya, memang setan-setan dibelenggu, namun setan itu ada yang berasal dari jin dan ada yang berasal dari manusia. Nah yang dikunci oleh Allah tersebut adalah setan yang berasal dari golongan jin bukan yang berasal dari golongan manusia.
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kalian akan menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, “ Wahai Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. ”
Setiap mukmin memerlukan pengampunan dosa dan penghapusan kesalahan. Tentulah kita tahu bahwa tidak seorangpun terlepas dari dosa dan kesalahan. Abu Tamam mengisyaratkan sebuah hadits Rasulullah SAW yang bersumber dari Anas bin Malik r.a: “Setiap orang di antara kamu sekalian melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Ahmad).
Dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia akan mengotori hatinya, bagai noda hitam di atas kain putih, tiada dapat dibersihkan kecuali dengan taubat. Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabda beliau, “Orang yang meminta ampun dari dosa seperti orang yang tidak berdosa”.(HR. Bukhari). Dan Allah SWT berfirman “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Q.S. Al Baqarah: 222)
Syetan telah menjebak manusia dalam seluruh aspek kehidupan, dan menyesatkannya dari jalan Allah Akibatnya manusia terjauh dari jalan keselamatan dan terbukalah dengan lebar pintu-pintu jahannam dengan bujuk rayu syaithan sehingga manusia terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan dan dosa. Karena itu semestinyalah manusia segera bertaubat mengharap maghfirah Allah.
Tidak boleh berputus asa di dalam bertaubat menuju kepada keampunan dari Allah, meskipun dosa-dosa sufdah memenuhi kolong langit. Allah adalah Maha Pencipta semua makhluk dan menguji semua amal perbuatan makhluk manusia itu. Siapapun yang menyadari akan banyaknya dosa dan ingin bertaubat menyesali semua kesalahannya itu, maka pintu taubat kepada Allah selalu terbuka dengan syarat, harus menghentikan maksiat dan menyesali perbuatan yang telah terlanjur dia lakukan. Selanjutnya dia mesti berazam atau berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya lagi. Dan manakala dosa yang pernah diperbuat itu ada berhubungan dengan hak manusia maka dianya harus menyelesaikannya dengan meminta maaf atau mengembalikan apa-apa barang yang wajib ia kembalikan.
Keutamaan bagi orang yang segera bertaubat ialah Allah akan menyibukkan para malaikat-Nya untuk memintakan ampunan bagi mereka yang bertaubat dan berdoa kepada Allah agar Dia melindungi mereka dari siksaan neraka jahannam, lalu memasukkan mereka ke surga yang penuh dengan kenikmatan, serta memelihara mereka agar terjauh dari kejahatan dan kesalahan. Para malaikat yang membawa ‘Arsy di langit sibuk memintakan ampunan bagi mereka yang bertaubat. Allah berfirman: “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), Ya Rabb kami, Rahmat dan Ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam sorga ‘And yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shaleh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan … Dan, orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar. ” (Q.S. Al Mukmin, 40 : 7-9).
Amat banyak ayat-ayat di dalam Al Quran al Karim yang mengabarkan diterimanya taubat orang-orang yang bertaubat manakala dilakukan dengan tulus dan benar. Penerimaan taubat semata adalah karunia, ampunan dan rahmat Allah. Rahmat Allah itu diberikannya kepada hamba-hamba yang beriman. Taubat yang sesungguhnya adalah memperbaiki semua kesalahan dan menyertainya dengan beramal shaleh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati diri-Nya dengan Asmaul Husana seperti ditemui di dalam Al Qur’an, dengan sebutan at Tawwab (Maha Menerima Taubat). Firman Allah : “ Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang melakukan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang melakukan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang, barulah ia mengatakan, “ Sesungguhnya aku bertaubat sekarang ”. Dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. ” (Q.S. An Nisaa’ 4 : 17-18).
Jangan menunda-nunda taubat hingga datang hari esok. Maut itu datang secara tiba-tiba. Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Al Fawaid menuliskan, “Bila kau berpulang ke alam baqa, tidak membawa bekal taqwa, kau lihat orang-orang yang membawanya pada hari perhimpunan. Kau akan menyesal, karena kau tidak seperti mereka. Mereka mempunyai persiapan sedangkan kau tidak memilikinya.” Maka bersegeralah untuk mensucikan diri jiwa kita.
Ramadhan adalah bulan Rahmat. Ramadhan bulan Maghfirah, di mana Allah Subhanahu Wa Ta’ala membuka pintu sorga dan menutup pintu neraka. Sesuai sabda Rasulullah SAW, « siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, niscaya akan diam[puni dosa-sosanya yang terdahulu ». Maka tidaklah sepantasnya kita melalaikan masa yang amat baik untuk beramal dan memasuki pintu taubat ini.
Dan mereka ini pula orang yang dimaksud dalam hadis Rasul “Barangsiapa yang yang hatinya gembira dengan datangnya bulan Ramadhan maka Allah mengharamkan tubuhnya atas api neraka”(al-hadis), yang merupakan sebuah apresiasi yang cukup tinggi dari Allah kepada mereka yang gembira dengan datangnya Ramadhan. Sedangkan bagi sebagian yang lain merasakan kegelisahan dan kegundahan dengan kedatangan Ramadhan. Banyak pertimbangan dalam pikiran mereka setelah mendengar Ramadhan akan tiba beberapa hari lagi. Tipologi manusia seperti ini adalah mereka yang memperturutkan keinginan hawa nafsunya. Kekhawatiran dan keengganan datangnya Ramadhan, mungkin karena pada siangnya tidak lagi boleh makan dan minum, merokok, melakukan hubungan suami isteri, mencela orang lain, dan sebagainya yang terkait dengan membatalkan puasa atau pahalanya. Padahal, sejatinya sebagai seorang muslim yang mengakui kewajiban puasa tentunya harus bersikap mengagungkan dan memeriahkan datangnya bulan suci tersebut. Kegembiraaan itu tidak hanya dengan pernyataan belaka, tetapi yang paling penting menerjemahkannya dalam bentuk sikap dan amal perbuatan.
Salah satu anjuran untuk memasuki bulan suci Ramadhan adalah program pensucian diri baik itu yang bersifat vertikal berkenaan dengan dosa-dosa kepada Allah maupun yang bersifat horizontal yang terkait dengan manusia.
Semua itu dilakukan dengan tujuan agar kiranya kita memasuki Ramadhan itu dengan kesucian, ketulusan, keikhlasan dan ketenangan. Logikanya, puasa adalah bulan yang suci maka seharusnya orang yang menyambutnya suci pula sehingga akan terbentuk suatu suasana dan kondisi di tengah masyarakat yang melambangkan kesucian. Bahkan al-Qur’an sendiri menganjurkan agar umat ini agar bersegera untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah dengan segala perbuatan dosa yang telah dilakukan. Hal ini tercermin dalam surat al-Imran ayat 133, yang artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepoada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.
Ayat di atas sangat jelas memberikan anjuran Allah kepada manusia supaya bersegera untuk datang dan merasa rendah dan hina di hadapan Allah dengan mengharapkan ampunan-Nya. Dengan demikian, akan terlihat kesungguhan dan keseriusan untuk mensucikan dirinya tanpa ada rekayasa dan sandiwara. Padahal, bertaubatnya manusia kepada Allah tidak sulit jika dibandingkan dengan taubat yang terkait dengan manusia. Jika kepada Allah kita cukup memohon ampun dan istiqamah tidak akan mengulangi perbuatan dosa lagi. Namun, terhadap manusia tidak hanya cukup dengan itu harus ditambah dengan persyaratan yang lain seperti meminta maaf kepada yang bersangkutan, mengembalikan barang yang pernah diambil misalnya, setelah itu baru memohon ampun kepada Allah. Dalam kaitan dengan Ramadhan sudah seyogianya kita menyambutnya pun dengan melakukan pensucian diri pula. Oleh sebab itu, tidak ada lagi waktu bagi kita untuk melambat-lambatkan untuk mendapatkan ampunan dari Allah agar kiranya Ramadhan yang akan kita jalani dapat menjadi berkah dan punya nilai yang baik di sisi Allah daripada pelaksanaan Ramadhan pada tahun yang telah lalu.
Hubungan dengan saudara, jiran tetangga, teman dan lain sebagainya, sejatinya kita harus saling melakukan bermaaf-maafan antara satu dengan yang lainnya supaya hati bersih dan tentram dalam menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sangat tepat kiranya untuk terus dapat mengembangkan sekaligus mempertahankan tradisi “punggahan” atau “memegang” pada sebahagian masyarakat di tanah air, khususnya di Sumatera Utara dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Yang mana kegiatan ini bentuknya adalah dengan cara saling memberi makanan berupa daging hewan yang halal antara saudara, tetangga, teman, dan lainnya sekaligus mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan saling maaf-memaafkan. Sehingga dengan demikian akan terlihat rasa kebersamaan dan kegembiraan sesama umat Islam dalam menyambut datangnya bulan penuh berkah. Hal itu tentunya akan dapat membawa kepada semangat yang tinggi untuk beribadah dan menghidupkan malam-malam pada Ramadhan.
Jadi, merupakan suatu hal yang keliru apabila kita hanya melihat bahwa yang perlu bermaaf-maafan pada saat hari raya idul fitri saja. Padahal sejatinya waktu yang paling tepat untuk saling memaafkan ketika memasuki Ramadhan. Harapan kita tidak lain supaya ibadah yang dilakukan pada Ramadhan benar-benar tulus dan ikhlas kita melaksanakannya. Sebab tidak sedikit ada orang yang melakukan ibadah puasa namun hubungannya dengan jiran tetangganya ternyata tidak baik. Begitu juga dengan teman-teman satu kerjaan, sekolah, kuliah dan sebagainya. Yang tentunya ini akan memberikan dampak yang tidak baik kepada pelaksanaan ibadah kita pada hari-hari Ramadhan.
Adalah suatu kemestian bagi kita untuk melakukan pennyucian diri dari segala sifat-sifat dan perbuatan yang tercela. Karena semua itu akan merugian kepada diri kita sendiri dan juga kepada orang lain. Terlebih lagi dalam rangka menyambut Ramadhan tentunya penyucian diri menjadi sangat begitu penting supaya ibadah yang kita lakukan benar-benar diterima Allah. Baik itu penyucian diri yang sifatnya berhubugan dengan Allah maupun dengan manusia. Tentunya itu semua dilakukan satu bentuk tanda kebahagian menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Berbahagialah sekalian manusia, karena di bulan Ramadhan semua do’a diijabah dan segala dosa diampuni.
Rasulullah SAW. Bersabda,“Adakah hamba-Ku yang meminta, niscaya Aku memberinya , adakah hamba-Ku memohon ampunan niscaya Aku mengampuninya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Ramadhan merupakan bulan yang dinanti oleh setiap umat muslim di dunia, karena bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dan di dalamnya terdapat berbagai peristiwa luar biasa yang terjadi di dalamnya, seperti perang uhud yang merupakan salah satu perang terbesar dalam sejarah Islam, peristiwa kemerdekaan republik Indonesia, Bulan diturunkannya Al-Qur’an, dan di dalamnya pula terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu malam Lailatul Qadr.
Bulan Ramadhan memiliki beberapa nama yaitu :
· Bulan Al-Qur’an
yaitu pada bulan ramadhan diturunkan Al-Qur’an yang disebut peristiwa nuzulul qur’an.
· Bulan Maghfirah
yaitu pada bulan ramadhan Allah memberikan ampunan kepada setiap hambanya yang memohon ampun kepad-Nya, dan selain itu pula 10 hari pertengahan merupakan hari-hari yang isinya dihiasi dengan maghfirah.
Di dalam bulan ramadhan terdapat satu ibadah yang diwajibkan atas seluruh umat muslim di mana pun, apakah ia? Ya dialah puasa ramadhan yang diwajibkan kepada setiap kaum muslim. Hal ini senada dengan firman Allah pada suroh Al-Baqarah ayat 183 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa.” Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa outputan kita setelah melalui gerbang puasa ramadhan adalah menjadi orang-orang yang bertaqwa, tidak hanya di bulan ramadhan saja, namun setelah ramadhan juga diharapkan mampu untuk tetap menjadi orang yang taqwa.
Selama bulan ramadhan ini Allah membukakan pintu-pintu kebaikan selebar-lebarnya kepada seluruh umat, dan menutup pintu-pintu kebatilan serapat-rapatnya, namun walaupun demikian tetap saja masih ada orang yang melakukan maksiat. Kenapa hal ini terjadi, bukankan pada bulan ramadhan, setan-setan dibelenggu? Ya, memang setan-setan dibelenggu, namun setan itu ada yang berasal dari jin dan ada yang berasal dari manusia. Nah yang dikunci oleh Allah tersebut adalah setan yang berasal dari golongan jin bukan yang berasal dari golongan manusia.
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kalian akan menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, “ Wahai Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. ”
Setiap mukmin memerlukan pengampunan dosa dan penghapusan kesalahan. Tentulah kita tahu bahwa tidak seorangpun terlepas dari dosa dan kesalahan. Abu Tamam mengisyaratkan sebuah hadits Rasulullah SAW yang bersumber dari Anas bin Malik r.a: “Setiap orang di antara kamu sekalian melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Ahmad).
Dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia akan mengotori hatinya, bagai noda hitam di atas kain putih, tiada dapat dibersihkan kecuali dengan taubat. Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabda beliau, “Orang yang meminta ampun dari dosa seperti orang yang tidak berdosa”.(HR. Bukhari). Dan Allah SWT berfirman “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Q.S. Al Baqarah: 222)
Syetan telah menjebak manusia dalam seluruh aspek kehidupan, dan menyesatkannya dari jalan Allah Akibatnya manusia terjauh dari jalan keselamatan dan terbukalah dengan lebar pintu-pintu jahannam dengan bujuk rayu syaithan sehingga manusia terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan dan dosa. Karena itu semestinyalah manusia segera bertaubat mengharap maghfirah Allah.
Tidak boleh berputus asa di dalam bertaubat menuju kepada keampunan dari Allah, meskipun dosa-dosa sufdah memenuhi kolong langit. Allah adalah Maha Pencipta semua makhluk dan menguji semua amal perbuatan makhluk manusia itu. Siapapun yang menyadari akan banyaknya dosa dan ingin bertaubat menyesali semua kesalahannya itu, maka pintu taubat kepada Allah selalu terbuka dengan syarat, harus menghentikan maksiat dan menyesali perbuatan yang telah terlanjur dia lakukan. Selanjutnya dia mesti berazam atau berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya lagi. Dan manakala dosa yang pernah diperbuat itu ada berhubungan dengan hak manusia maka dianya harus menyelesaikannya dengan meminta maaf atau mengembalikan apa-apa barang yang wajib ia kembalikan.
Keutamaan bagi orang yang segera bertaubat ialah Allah akan menyibukkan para malaikat-Nya untuk memintakan ampunan bagi mereka yang bertaubat dan berdoa kepada Allah agar Dia melindungi mereka dari siksaan neraka jahannam, lalu memasukkan mereka ke surga yang penuh dengan kenikmatan, serta memelihara mereka agar terjauh dari kejahatan dan kesalahan. Para malaikat yang membawa ‘Arsy di langit sibuk memintakan ampunan bagi mereka yang bertaubat. Allah berfirman: “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), Ya Rabb kami, Rahmat dan Ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam sorga ‘And yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shaleh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan … Dan, orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar. ” (Q.S. Al Mukmin, 40 : 7-9).
Amat banyak ayat-ayat di dalam Al Quran al Karim yang mengabarkan diterimanya taubat orang-orang yang bertaubat manakala dilakukan dengan tulus dan benar. Penerimaan taubat semata adalah karunia, ampunan dan rahmat Allah. Rahmat Allah itu diberikannya kepada hamba-hamba yang beriman. Taubat yang sesungguhnya adalah memperbaiki semua kesalahan dan menyertainya dengan beramal shaleh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati diri-Nya dengan Asmaul Husana seperti ditemui di dalam Al Qur’an, dengan sebutan at Tawwab (Maha Menerima Taubat). Firman Allah : “ Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang melakukan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang melakukan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang, barulah ia mengatakan, “ Sesungguhnya aku bertaubat sekarang ”. Dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. ” (Q.S. An Nisaa’ 4 : 17-18).
Jangan menunda-nunda taubat hingga datang hari esok. Maut itu datang secara tiba-tiba. Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Al Fawaid menuliskan, “Bila kau berpulang ke alam baqa, tidak membawa bekal taqwa, kau lihat orang-orang yang membawanya pada hari perhimpunan. Kau akan menyesal, karena kau tidak seperti mereka. Mereka mempunyai persiapan sedangkan kau tidak memilikinya.” Maka bersegeralah untuk mensucikan diri jiwa kita.
Ramadhan adalah bulan Rahmat. Ramadhan bulan Maghfirah, di mana Allah Subhanahu Wa Ta’ala membuka pintu sorga dan menutup pintu neraka. Sesuai sabda Rasulullah SAW, « siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, niscaya akan diam[puni dosa-sosanya yang terdahulu ». Maka tidaklah sepantasnya kita melalaikan masa yang amat baik untuk beramal dan memasuki pintu taubat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar