ANTARA CINTA DAN BENCI
(akankah kita membiarkan kebencian menguasai diri kita ?)
Karena tak kenal maka tak sayang. Juga karena tak kenal maka tak benci. Jika kejahatan seseoranglah yang terus-menerus diingat maka rasa benci terhadapnya bisa bertahan lama. Jika kebaikan seseoranglah yang senantiasa diingat maka rasa sayang terhadapnya dapat juga bertahan lama. Namun, apakah seorang bisa mempertahankan rasa bencinya terhadap sesamanya dengan terus-menerus mengingat kejahatannya? Apakah ada orang yang baik tanpa punya cacat atau kekurangan dan kejahatan? Sebaliknya, apakah ada orang yang jahat tanpa memiliki secuil kebaikan? Di dalam kenyataan hidup kita keseharian, kita saksikan bahwa setiap manusia selalu bisa berbuat baik, sekaligus tak bebas dari sikap dan perilaku jahat yang merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain serta merugikan alam lingkungannya. Dengan kata lain, kita bisa menyaksikan seseorang yang selalu dapat berbuat jahat, namun dia juga senantiasa bisa berbuat baik. Tiada orang yang terus-menerus berbuat jahat atau terus-menerus berbuat baik. Yang baik dan jahat menyatu pada manusia pelakunya.
Setiap orang dapat saja memelihara rasa bencinya terhadap sesamanya yang dijadikan seteru dengan berusaha untuk terus menghangatkan rasa bencinya sebagai sumber kekuatan untuk bisa membalas dendam terhadap seterunya. Namun, manusia itu ada batasnya di dalam saling bercinta dan saling membenci. Ketika seseorang kecapaian di dalam membenci seterunya maka kebaikan dari seterunya, betapapun sedikitnya kebaikan itu, akan muncul dan menjadi umpan kenangan manis yang menggodanya. Kenangan manis inilah yang membuatnya rindu pada sesamanya yang telah dijadikan seteru. Rasa rindu pada kenangan manis yang melekat pada seterunya inilah yang mengawali dan mengemas semacam rasa cinta seseorang, betapapun sedikitnya, terhadap sesamanya yang telah dijadikan sasaran dari rasa bencinya serta sasaran dari keinginan untuk membalas dendam sebagai pemenuhan rasa bencinya. Di sinilah letaknya nilai kebenaran dalam sebuah lagu yang berjudul “benci tapi rindu.”
Wahai Sahabatku, jangan biarkan kebencian menguasai dirimu, karena berarti kita telah membiarkan syetan lebih menguasai diri kita daripada Kekuatan cinta Allah yang Maha Pemaaf, Memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan pada kita akan lebih besar artinya daripada membiarkan pupuk kebencian menyirami rasa amarah di hati, belajarlah untuk memaafkan dan berjiwa besarlah. Salam.
Setiap orang dapat saja memelihara rasa bencinya terhadap sesamanya yang dijadikan seteru dengan berusaha untuk terus menghangatkan rasa bencinya sebagai sumber kekuatan untuk bisa membalas dendam terhadap seterunya. Namun, manusia itu ada batasnya di dalam saling bercinta dan saling membenci. Ketika seseorang kecapaian di dalam membenci seterunya maka kebaikan dari seterunya, betapapun sedikitnya kebaikan itu, akan muncul dan menjadi umpan kenangan manis yang menggodanya. Kenangan manis inilah yang membuatnya rindu pada sesamanya yang telah dijadikan seteru. Rasa rindu pada kenangan manis yang melekat pada seterunya inilah yang mengawali dan mengemas semacam rasa cinta seseorang, betapapun sedikitnya, terhadap sesamanya yang telah dijadikan sasaran dari rasa bencinya serta sasaran dari keinginan untuk membalas dendam sebagai pemenuhan rasa bencinya. Di sinilah letaknya nilai kebenaran dalam sebuah lagu yang berjudul “benci tapi rindu.”
Wahai Sahabatku, jangan biarkan kebencian menguasai dirimu, karena berarti kita telah membiarkan syetan lebih menguasai diri kita daripada Kekuatan cinta Allah yang Maha Pemaaf, Memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan pada kita akan lebih besar artinya daripada membiarkan pupuk kebencian menyirami rasa amarah di hati, belajarlah untuk memaafkan dan berjiwa besarlah. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar